![]() | ||
Nikmatnya Goyangan Istri Tetangga Yang Membuat Ketagihan |
Netraku seketika membelalak saat memasuki rumah, seorang wanita dengan body menggoda rebahan di sofa, dia tertidur lelap dengan sedikit rok tersingkap hingga paha, aku tak habis pikir, karna aku sangat tau di bukan Hanum istriku, tak lama setelahnya Hanum datang dari dapur dan menyambutku pulang.
"Eh mas, kamu sudah pulang?" ujarnya mendekat memberiku salam, sedikit ia lirik wanita yang tidur di sofa.
"Maaf mas, bentar. Aku bangunin Laras dulu," ujarnya membantu menutup aurat Laras yang tersingkap,
"Kenapa dia ada disini?" tanyaku.
"Itu mas, barusan. Dia dapet telpon dari suaminya katanya, suaminya gak bisa pulang. Karna ada kendala di tempat kerjanya, dia datang tadi pengen ngadu karna kebutuhan dan tabungannya juga udah menipis, eh capek nangis dia ketiduran," jelas istriku.
"Laras, bangun. Ini sudah sore," sapa Hanum menggoyangkan tubuhnya, seketika dia terbangun dan tersintak saat melihatku sudah datang.
"Eh, suamimu udah pulang toh Num. Maaf mas," ujarnya padaku dengan sedikit merunduk, aku hanya senyum tipis dan coba tak menghiraukan mereka berdua lagi, aku capek dan pengen langsung mandi dan istirahat, jujur saja melihat pemandangan tadi aku jadi kacau dan ingin segera menyegarkan otak.
"Mas, mau mandi dulu," ucapku pada Hanum.
"Oh ya Mas, bentar. Laras kamu tunggu sini ya. Aku mau siapin air hangat untuk Mas Juna dulu," izinnya, Laras menganngguk, aku beranjak saat istriku membuntuti, sesampai di kamar aku melirik Hanum yang tampak masih kucel dengan jilbab dan daster andalannya.
"Kamu ngapain aja sih di rumah, masih bauk dan kucel gini?" tanyaku, dia sedikit melirik bajunya dan tertunduk.
"Maaf mas, tadi banyak sekali pesanan. Jadi belum sempat berberes, dan tadi juga Laras disini butuh lama juga aku temani dia ngobrol," ujarnya aku menghela nafas.
"Ya udah sana! siapkan air mandi. Kalau hanya bikin kamu lalai, jangan keseringan terima teman datang kerumah, males banget liatnya," gerutuku.
"Baik mas," singkatnya bergegas kekamar mandi aku menghenyak duduk di kasur, sesekali aku melirik Laras yang duduk di sofa, melihat keindahan tubuh dan baju minim yang di pakai, Naluriku seakan menggelora, tak sengaja dia menoleh dan menangkap wajahku yang tengah memperhatikannya secepat kilat aku alihkan pandangan dan menyibukkan diri, aku tau dia masih penasaran di balik pintu kamar yang tidak terbuka sempurna itu,
Malam berkunjung, setelah beberapa jam istirahat tadi, kembali aku sibuk didepan laptopku, saat ini aku sangat bergairah sekali menjalani bisnisku, aku mulai menggarap bisnis online dan makin hari makin berkembang, dalam waktu tiga bulan aku sudah mengumpulkan lebih dari 500 reseler, dan aku sangat berharap bisnis ini maju dan mampu menjadi perusahaan yang besar dengan Brand namaku sendiri.
Dalam keseriusan itu, aku di kejutkan dengan bunyi bel, Hanum yang tak jauh dariku yang tengah memperbaiki pakaian di lemari bergegas turun untuk membuka pintu. Seketika itu fokusku langsung buyar dan memilih kepo dengan percakapan mereka di bawah.
"Laras?"
"Mba Hanum, malam ini aku boleh tidur disini gak? di rumahku listriknya padam karna kehabisan daya," ujar Laras terdengar samar-samar, aku mulai mengatup laptop dan beranjak ke pintu, entah kenapa semenjak siang tadi otakku memang tak berhenti memikirkan Laras, Hanum tampak ragu dan sedikit menggaruk tengkuknya.
"Aku, tanya mas Juna dulu ya," izinnya mendekat padaku.
"Mas, Laras mau nginap disini, bole-" ucapannya aku potong.
"Ya, gak apa, Cumankan Kita gak punya kamar tamu, kamar tamu yang itu udah di jadiin gudang produck, apa dia mau tidur di sofa?" tanyaku, Hanum tersenyum canggung dan menoleh pada Laras.
"Itu masalahnya Laras," singkatnya, Laras langsung berkata.
"Gak apa mas, untuk malam ini saja, semoga besok ada kabar dari mas Duta dan mengatasi semua masalahku ini," ujarnya aku mengangguk, tak lupa netraku melirik seluruh postur tubuhnya, tubuh wanita ini selalu tampak bagus walau di pakai gaun apapun, malam ini, Gaun hitam kombinasi bunga kuning, membalut tubuhnya hanya selutut, rambut ikal tergerai dan dengan paras yang manis, batinku seakan menggeliat melihatnya.
"Ya udah, aku siapin selimut dan bantal dulu ya," ujar Hanum, Laras mengangguk, dengan Ragu. Wanita itu beranjak dan duduk disofa.
"Emang Duta ada kendala apa sih di pekerjaannya?" tanyaku mendekat, dia menghela nafas dan berkata.
"Ada perampokan Minyak di tambang, dan dia bertanggung jawab atas semua itu, dan mirisnya bahkan dia kabarkan tertuduh, sebenarnya aku sangat khawatir sekarang, jika sampai mas Duta tertangkap," ujarnya, aku menyimak dengan mengangguk-angguk.
"Kamu percaya aja, Duta pasti bisa menghandle ini semua Ras," timpal Hanum yang datang membawakan Selimut dan bantal.
"Semoga saja begitu mbak," ucapnya pelan,
Setelah mengobrol-ngobrol sebentar aku dan Hanum beranjak kekamar untuk istirahat, tapi entah kenapa aku tidak bisa tenang dan gelisah, hingga jam menunjukan lewat tengah malam, mataku belum lagi terpejam, sengaja aku duduk karna kesal dengan keresahan ini,
Aku melirik pintu dan beranjak untuk membukanya hati-hati, bisa aku lihat Laras tertidur Anggun dengan selimut tersingkap, kembali darahku memanas, namun aku masih coba waras dan kembali keranjangku untuk membangunkan Hanum istriku, pilihanku untuk membangunkan Hanum lebih aman, kurasa saat ini.
"Num," lirihku mendekap istriku tau dekapanku lagi ke pengen Hb, dia langsung menggeliat malas, dengan terpaksa duduk.
"Ih mas, kenapa sih harus ganggu. Aku capek mas seharian," gerutunya, aku tidak peduli dan membawanya kedalam pelukan, Hasratku sudah sangat tersulut dari sore tadi dan aku ingin segera menuntaskannya.
Keesokan paginya, Hanum bangun di pagi hari dan langsung mandi, bisa aku dengar dia disapa oleh Laras.
"Mba, pagi-pagi dah segar aja, Kramas. Jadi iri deh," guyonnya, mereka terdengar bercanda di ruang utama.
"Kamu, bisa aja. Semoga Duta cepat pulang ya, kasian juga sih kamunya," guyonya tawa mereka berdua pecah, aku hanya coba duduk dari tidurku dan beranjak ke kamar mandi.
"Aku harus antar ini dulu, maaf aku harus tinggal," ujar Hanum.
"Iya mbak, ini aku juga mau pulang, eh tapi mbak. Boleh gak aku numpang mandi semalam bakku juga kosong deh kayaknya?" tanya Laras.
"Silahkan, jangan sungkan anggap saja rumah sendiri," jawab istriku berlalu, aku menghela nafas dan bersiap untuk mandi, setelah mandi aku keluar dengan kemejaku dan mencari sarapan di kulkas, Namun kembali fokusku pecah saat tubuh bening Laras melintas yang hanya di baluti handuk, aku coba mengabaikannya namun dia mendekat mencari jus buah juga di kulkas, aku mendegup saliva dan berkata.
"Kamu mandi diruang mana? di kamar tamu ada kok kamar mandi?" ucapku terbata.
"Sedikit takut sih, mas, karna banyak tumpukan barang takut ada kecoa, aku mandi disini aja deh," liriknya menoleh ke toilet dapur, aku hanya meghela nafas dan menjauh darinya, entah apa yang ada dalam pikiran wanita ini, dia begitu santai memperlihatkan tubuhnya yang hanya di baluti handuk padaku,
"Okey, kamu lanjutkan sarapannya," ucapku melirik jus yang di pegang, aku kembali kekamar dan berberes mengambil jas dan sepatuku. Setelah itu aku turun untuk berangkat ke kantor.
"Aku pergi dulu," sapaku saat melihat dia duduk di meja makan, sembari menyilang pahanya yang seksi, namun aku coba abaikan dan tetap beranjak menghampiri mobilku.
Sungguh, situasi ini seakan tengah mengancamku, mau sampai kapan. Jika masih lama seperti ini, aku bisa-bisa saja bertindak tidak waras,
Di sore harinya, aku kembali kerumah, dan aku sangat lega tidak dapati Laras lagi di rumah, Aku mencari Hanum di setiap ruangan juga tak ada.
"Hanum..," panggilku, namun istriku itu tidak menyahut.
Aku fikir dia pasti di rumah Laras sekarang, dan aku memilih mengganti kemejaku menjadi baju Kaos biasa, aku kembali fokus pada pekerjaan yang belum kelar tadi di kantor.
Trakt..
Bunyi pintu terbuka aku kembali mendengar dua orang berbincang, ku coba tepiskan dulu kesibukanku dan melihat siapa yang datang, sedikit mataku terbuka melihat Laras dan Hanum, dan kali ini Laras membawa koper.
"Mas, Duta di kabarkan di tahan. Dan dia minta untuk sementara waktu Laras sama kita, dia akan buktikan kalo dia tidak bersalah, namun sebelum itu butuh waktu," ujar Hanum, aku gugup dan bingung mau bicara apa.
"Ssiapa? yang bilang begitu?" gumamku masih serak, Laras mengulurkan ponsel dan berkata.
"Ini Mas, Mas Duta mau bicara sama Mas, sekarang dia tengah di tahan di kapolres kalimantan" ujarnya, aku mendegup dan coba mengambil ponsel Laras untuk bicara dengan Duta.
Posting Komentar