![]() |
Tiba di Magelang, 32 biksu peserta Thudong disambut meriah warga magelang |
Biksu peserta ritual thudong menyapa pelajar pada rute terakhir Magelang-Borobudur di Deyangan, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (31/5/2023)
Mereka berjanji menceritakan ke penjuru dunia bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi toleransi dan persaudaraan.
Sebanyak 32 biksu dari Thailand, Malaysia, dan Singapura melakoni thudong, perjalanan ritual yang dilakukan dengan berjalan kaki ribuan kilometer. Kali ini tujuan para bhante tersebut ke Candi Borobudur, yang menjadi pusat perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak 2567 BE/2023.
Mereka berjalan kaki sejak 23 Maret 2023 dari Nakhon Si Thammarat, Thailand, melewati Malaysia, Singapura, dan pada tanggal 8 Mei 2023 tiba Batam. Setelah itu, menyisir Pulau Jawa bagian utara menuju Candi Borobudur.
Awalnya, para biksu ini akan melakukan ritual thudong pada 2019, namun COVID-19 yang mulai melanda sejumlah negara, memaksa mereka menunda perjalanan jauh dan lama itu.
Perjalanan ribuan kilometer yang dilakukan oleh para biksu adalah mengambil sumpah untuk hidup sebagai pengembara. Dalam perjalanannya, mereka tidak hanya melatih kesabaran seperti yang diajarkan Sang Buddha, tetapi juga menyapa wajah ramah Indonesia.
Sejak kedatangannya ke Indonesia dan ramai diberitakan oleh sejumlah media, itu membuat masyarakat penasaran sekaligus antusias menyambut para biksu. Di Jakarta, warga dari berbagai kalangan setia menunggu di pinggir jalan dari pagi hingga sore hanya untuk menyapa para biksu melintasi wilayahnya.
Begitu pula di kota-kota lain yang disinggahi biksu. Ribuan pasang mata setia menanti kehadiran mereka. Orang tua, dewasa, anak-anak, entah umat Buddha, Islam, Kristen, maupun lainnnya, semua orang menyambutnya dengan ramah dan gembira.
Gawai sudah dalam genggaman, siap mengabadikan momen yang akan menjadi kepingan kenangan masyarakat. Ada yang memberi minuman maupun makanan kepada biksu. Para biksu balik menyapa lewat ucapan "Assalamualaikum".
Tentu, sambutan warga ini bakal menjadi energi tambahan bagi biksu yang menapaki setiap jengkal aspal di bawah terik Matahari dan guyuran hujan. Rasa lelah mereka mungkin saja hilang dalam sesaat setelah melihat senyum dari wajah-wajah ramah masyarakat Indonesia.
Warga memberikan bekal makanan kepada biksu yang mengikuti ritual thudong seusai tiba di Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (28/5/2023)
Salah seorang biksu thudong, Kantadhammo, menyebut menjalankan ritual
thudong di Indonesia memberi kesan tersendiri bagi para bhante, sebutan
biksu. Berbeda saat berjalan kaki di negara lain, mereka tidak disambut
semeriah seperti di Indonesia.
Di Thailand, ritual ini dianggap sebagai perjalanan biasa. Di Malaysia,
mereka hanya disambut oleh umat Buddha. Bahkan saat di Singapura, tak
ada sambutan apa pun. Sementara di Indonesia, kehadiran mereka tidak
hanya disambut, bahkan juga dirayakan.
Ketika bermalam, entah di vihara maupun di rumah warga, masyarakat
dengan sukarela mengecek kondisi kesehatan dan tak lupa memberikan
pijatan untuk meringankan rasa lelah yang dialami para biksu. Bukan
hanya dari umat Buddha, melainkan dari warga Muslim.
Menurut Kantadhammo, andai bisa menangis, mereka pasti akan
meluapkannya. Menjalani ritual sunyi, perjalanan mereka seolah tak
pernah sepi. Wujud toleransi bersemi di NKRI.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama,
Supriyadi, menyatakan keramahan yang ditunjukkan masyarakat Indonesia
dalam menyambut para biksu menunjukkan wajah asli Indonesia yang penuh
dengan sikap welas asih.
Kepada Supriyadi, para biksu mengaku terharu dan tak menyangka bahwa
kehadirannya amat dinantikan. Mereka berjanji akan menceritakan ke
penjuru dunia bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi
nilai-nilai toleransi dan persaudaraan.
Perjalanan berbulan-bulan ini akhirnya selesai ketika para biksu thudong
menapakkan kakinya di kawasan Borobudur, Magelang, pada Rabu (31/5)
sore. Mereka akan menjalani sejumlah ritual sebelum mengikuti puncak
perayaan Waisak pada 4 Juni 2023.
Waisak
Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri menetapkan libur nasional dan
cuti bersama Hari Raya Waisak jatuh pada 4 Juni 2023. Detik-detik
Waisak di Indonesia akan diperingati pada pukul 10.41. WIB.
Supriyadi menerangkan penetapan Hari raya Tri Suci Waisak di Indonesia
menggunakan metode Purnama-Sidhi berdasarkan perhitungan astronomi yang
bersifat universal, ilmiah, dan modern.
Supriyadi merinci bahwa satu tahun Matahari berjumlah 365 hari,
sedangkan satu tahun lunar (bulan) hanya 355 hari sehingga terdapat
perbedaan 10 hari setiap tahunnya.
Pada tahun kabisat lunar, dalam satu tahun terdapat 13 purnama. Pada
saat itu, terdapat bulan Waisak ganda. Maka, perhitungannya berpatokan
pada kalender lunar/chandra Buddhis yang sudah menyesuaikan dengan
perhitungan kalender Matahari/solar. Atau, perhitungan lunar-solar yang
setiap satu daur 19 tahun terdapat 7 tahun kabisat lunar dengan 7 bulan
sisipan.
Tahun 2023 Masehi merupakan warsa kabisat lunar, yang terdapat bulan
Waisak ganda. Maka yang diambil adalah Purnama-Sidhi Waisak kedua yang
jatuh pada 4 Juni 2023.
Dalam perayaan Waisak nanti rencananya sejumlah biksu dari Thailand,
Singapura, hingga Malaysia akan hadir di Candi Borobudur. Kehadiran
mereka akan semakin mempertegas bahwa Candi Borobudur menjadi pusat
tempat ibadah umat Buddha, bukan hanya bagi umat Buddha Indonesia, tapi
juga umat Buddha dunia.
Hari Raya Waisak tahun ini juga menjadi simbol kebersamaan umat Buddha
karena dua organisasi keagamaan Budha terbesar di Indonesia, yakni
Walubi dan Permabudhi, berkomitmen merayakan Hari Raya Waisak secara
bersama-sama.
Sejumlah acara peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak 2567 BE/2023
dilaksanakan, antara lain, bakti sosial pengobatan gratis, pengambilan
Api Dharma di Mrapen, Grobogan, dan Ritual pensakralan di Candi Mendut
pada tanggal 2 Juni 2023.
Kemudian, pengambilan Air Berkah di Umbul Jumprit, Temanggung, dan
ritual penyakralan Candi Mendut pada tanggal 3 Juni 2023. Acara kirab
Waisak Candi Mendut ke Candi Borobudur, detik-detik Waisak, pradaksina
Candi Borobudur, dan pelepasan lampion Waisak pada tanggal 4 Juni 2023.
Festival pelepasan lampion menjadi penutupan perayaan Waisak 2567 BE
tahun 2023. Festival lampion di Borobudur ini juga bisa diikuti oleh
masyarakat umum. Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) memastikan
ribuan umat Buddha menghadiri dharmasanti Waisak Nasional 2023.
Terlepas dari gambaran kemeriahan perayaan, Waisak tahun ini telah
menampilkan wajah asli masyarakat Indonesia yang toleran, welas asih,
serta menjunjung tinggi persaudaraan, terlepas apa pun suku, ras, maupun
agamanya.
Semangat persatuan dan kerukunan harus tetap dipupuk dan diperkuat,
layaknya derap langkah kaki para biksu thudong yang tak pernah surut.
Posting Komentar